Kamis, 21 Mei 2015

Masjid Sulthonain Taqorrub / Ekspedisi Masjid Kagungan Dalem

#Liputan 

Saat keraton Mataram Islam berada di kawasan Pleret, sebuah kompleks masjid berdiri di tidak jauh darinya. Ialah Masjid Sulthonain Taqorrub. Masjid ini, persisnya, terletak di RT 07, dusun Kanggotan, kecamatan Pleret, kelurahan Pleret, Bantul, kode pos 55791.
Saat pemberontakan terjadi di kawasan Keraton Mataram Islam, banyak bangunan yang turut terkena imbas. Sebagian bangunan hancur saat pemberontakan, sebagian lagi hancur karena tak terurus dan terpendam di dalam tanah. Beruntung Masjid Sulthonain Taqorrub Kanggotan berada di luar kawasan keraton, sehingga sampai saat ini masjid masih terawat walau sudah mengalami perbaikan di sana sini.
Tampak Depan Masjid Taqorrub

Sayangnya, tidak ada keterangan pasti tentang kapan Masjid Sulthonain Taqorrub Kanggotan dibangun. Namun, ada bukti otentik yang dapat ditemui di kawasan masjid. Pada dinding masjid, terdapat prasasti asli yang masih dipertahankan hingga saat ini. Dua prasasti berada di bagian depan kanan kiri masjid. Salah satu prasasti bertuliskan huruf jawa dan prasasti lain bertuliskan huruf arab dan berbahasa jawa. Dari prasasti yang berhuruf Jawa dapat diketahui bahwa Masjid Sulthonain Taqorrub Kanggotan pernah direnovasi pada tahun 1901 oleh Kanjeng Raden Adipati Danurejan.
Isi lengkap prasasti kurang lebih bermakna bahwa Masjid Shultonain Taqorrub telah dimakmurkan oleh pejabat Keraton, Kanjeng Adipati Danurejo, punggawa Keraton yang mengatur masalah perkantoran dari Sultan Ngayogyakarta. Dan masjid ini selesai dibangun dari pembangunannya di hari Jumat Kliwon atau tanggal 28, bulam Jumadil Akhir 1319 H. Nabi yang Mulia SAW.
Prasasti yang Ternyata Hanya Replika

Prasasti Menempel di Dinding Masjid

Sampai tahun 2014, Masjid Sulthonain Taqorrub Kanggotan telah mengalami beberapa kali renovasi dan perubahan hingga hampir merubah semua bentuk aslinya. Renovasi kedua dilakukan pada tahun 1974. Saat itu, pintu masjid diganti dan lantai diberi tegel bercorak kembang.
Mulanya, di depan masjid terdapat dua pohon kepel dan empat pohon sawon. Sekitar tahun 1980-an masyarakat meminta ijin pada keraton untuk menebang pohon kepel demi pelebaran serambi masjid. Mengingat semakin hari, jamaah masjid semakin membludak. Selain itu, pewastren masjid (tempat jamaah perempuan) juga dibongkar untuk pelebaran masjid.
Renovasi total dilakukan pada tahun 2001. Saat itu, masyarakat menyepakati untuk meninggikan atap. Hal ini mengingat, volume masjid yang terlalu kecil sehingga terkesan tidak ada sirkulasi udara yang baik.
Sampai saat ini, bagian yang masih dipertahankan keberadaannya adalah empat saka guru yang berada di tengah, kubah, dan mustaka. Sedangkan 12 buah saka di serambi dialihfungsikan menjadi kayu usuk.
Selain itu, di sisi utara halaman masjid terdapat duplikat batu lingga patok. Lingga tersebut beraksara dan berbahasa Jawa kuna dan berisi tentang perdikan di wihara milik Rakrya Banu Wwah dengan penanda waktu saka 796 srawana masa.
Yang menarik, setiap menjelang salat Jumat, adzan dikumandangkan sebanyak dua kali. Satu kali berfungsi memanggil jamaah ke masjid. Adzan kedua dikumandangkan pada saat khotib hendak memberikan khutbah. Sementara itu, semenjak kedatangan Muhammadiyah wilayah ini, maka berangsur-angsur kegiatan berbau tradisi keraton mulai menghilang.
Di Tiap Masjid Kagungan Dalem Pasti Ada Komplek Makam

Di kawasan masjid terdapat makam Kyai Kategan yang merupakan penghulu Kanjeng Sultan Agung Hanyokrokusumo. Ada pula makam Ki Ageng Suryomentaram dan kakak beradik Sastrowijono dan Sastrowinoto yang merupakan kerabat keraton. Makam ini juga diisi oleh trah keluarga R. T. Nitinegoro I, R. T. Nitinegoro II, Keluarga Besar MR. R. M. Djody Gondokusumo, dan punggawa keraton lain.
*Merupakan tulisan asli sebelum diterbitkan dalam Buku Bunga rampai Masjid Kagungan Dalem dan Masjid Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta, Dinas Kebudayaan DIY.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar