Betewe saya baru saja punya aidol baru.. Dua makhluk ciptaan tuhan yang
sebenernya terlalu segan buat saya untuk menulis tentang mereka. Yang pertama
adalah Alvin. Lengkapnya Muhammad Alvin
Faiz. Alvin adalah putra dari seorang kyai besar, Arifin Ilham. Pertama kali
melihat wajah Alvin, sungguh saya terpana. Subhanallah, putih amat. Cemerlang. Bebas jerawat serta bebas
rambut janggut. Mayan tampan. Tapi mimik bocah masih kelihatan betul meskipun
sebentar lagi ia berubah status menjadi bapak. Alvin adalah panutan remaja
Indonesia, setidaknya begitulah kata seorang mahasiswi yang duduk bersebelahan
dengan saya di acara Seminar Jomblo kemarin.
Alvin terbilang masih sangat muda (betewe, beliau kelahiran tahun 1999).
Rupawan. Soleh. Pinter ngaji. Rajin sholat. Punya usaha sendiri. Dari keluarga
terpandang. Dan lain-lain. Dan
lain-lain. Alvin adalah perwujudan calon menantu idaman. Sayangnya dia sudah
"dicup" mantu oleh orang lain. Oleh orangtua Larissa Chou.
Saya beruntung bisa melihat beliau. Ya itu. Saya bertemu Alvin di Seminar
Melepas Kejombloan dengan Cara Allah. Ada
beberapa hal menarik dari Alvin. Pertama,
dia punya nyali sebesar galaksi Andromeda untuk segera menikah muda.
Sangar! Belum lulus SMA tapi sudah
tancap gas mendahului kami-kami yang tak kapok-kapok pacaran-putus. Begitu
terus. Semuda apapun Alvin mengambil keputusan menikah, saya menghargai betul
keputusannya. Dilihat dari usianya, normalnya remaja seusia Alvin pasti sudah
pernah mimpi basah. Oleh karena itu, secara biologis, organ reproduksi beliau kemungkinan berada
pada status paripurna. Pun demikian
Larissa yang sudah berusia lebih dari 18 tahun. Insya Allah, aman. Secara usia, barangkali keduanya
tergolong masih muda. Tapi dengan didikan pakyai, setidaknya Alvin tahu dan
memegang prinsip agama untuk tidak menyakiti istrinya. Ketiga, saya yakin Alvin
dan Larissa hidup dalam keluarga berkecukupan. Buat mereka, mengadakan resepsi bukan masalah besar.
(Emangnya aing. Buat beli lipstik aja kudu nabung?)
Dalam acara seminar kemarin, Alvin
mendaku bahwa sejak kecil beliau sudah berpindah-pindah pesantren. Hidupnya keras. Dalam seminggu, dia makan daging ayam hanya satu kali. Nah, berbekal
salah satu pengalaman makan ayam hanya seminggu sekali inilah, Alvin yakin
bahwa lulusan pesantren punya kekuatan lebih dalam menghadapi kehidupan rumah
tangga. (Tapi kan tapi... Rasanya ingin
menyanggah, tapi se666an). Pantas saja
Mas Dafi, senior saya yang yahud itu,
berani menikah cepat. Anak pesantren tulen.
---
Idola saya yang kedua bernama Berri El-Makky. Nama yang sebelumnya masih sangat asing
di telinga saya. Dan inilah bintang
utama di acara Seminar Melepas Kejombloan dengan Cara Allah. Subhanallah, harusnya kalian semua datang buat melihat
Bang Berri. Beliau ini. Bagaimana ya mendefinisikan beliau. Sebutlah bijak. Beliau mampu menggunakan kemampuannya
berbicara untuk membuat para peserta seminar tertawa, menangis,
hingga menyumbang sebanyak-banyaknya.
Dari paparan beliau di mimbar orasi, saya semakin tersadarkan bahwa bagi
mereka hanya ada dua pilihan: jomblo atau menikah.
Ohya, Bang Berri sendiri sangat menyarankan para pemuda pemudi untuk
menikah muda. Tak usah khawatir biaya resepsi. Bang Berri menyebut bahwa biaya
pernikahannya hanya 2 juta rupiah saja. Itupun hanya untuk dana membeli kasur
dan biaya KUA. Di acara itu, Bang Berri lantas memperlihatkan foto-foto
pernikahannya. Saya sih jujur agak
tertegun. Itu baju dan make up
mempelai kok bagus ya. Lah padahal 2 juta. Itu di mushola kok penuh dengan
backdrop putih ya? Padahal dua juta. Itu
kok pake acara foto pre wedding (atau
pasca wedding) ya? Padahal 2 juta. Ternyataaaa, “Ada yg mau
nyumbang aqua 10 dus. Ada yang nyumbang biaya catering,” sabda Bang Berri. (Ya elah Bang. Kalau begitu ma sama aja lebih dari dua juta.
Bang Berri bisa aja bermain kata-kata.)
Nah
di sesi terakhir seminar, Bang Berri
juga memberi tips supaya kita terhindar dari jabatan jomblo tingkat akut. Apa
sajakah itu? Taubat, menghindari dosa,
membaca Al-quran, salat tepat waktu. Ketika pembicaraan sudah ke bagian ini,
badan saya rasanya linu sekali. Otak saya juga lumayan mendidih. Saya melirik
jam tangan, menunjukkan angka 5 lebih. Berarti
seminar ini sudah berjalan kurang lebih 3 jam. Tapi masih ada rahasia yg belum
Bang Berri beberkan tentang tips anti jomblo. Yaitu berbakti pada ibu. (Wah
jurus ala ESQ keluar). Lantas bang Berri mempertontonkan sebuah video iklan
restoran di Thailand. Alhamdulillah saya sudah menonton video itu berkali-kali
di youtube. Jadi saya hanya menonton mbak-mbak di sebelah saya menangis
sesenggukan. (Ini saya bagikan link-nya.
Siapa tau situ-situ berniat nonton: ini linknya.
Acara
tangis-tangisan mengingat emak di rumah berakhir sudah. Saya pikir, acara akan segera
selesai dan ditutup. Tapi tunggu saudara-saudara! Masih ada satu tips yang Bang
Berri jelaskan. Apakah itu? INFAK.
Subhanallah.
Saya tertegun. Belum hilang rasa terkejut, Bang Berri menambahkan bahwa uang
hasil infak para peserta akan disumbangkan kepada orang membutuhkan melalui gerakan
yang ia pelopori, Pemuda Hijrah Pemenang.
Panitia
lantas meyiapkan kardus di depan panggung.
Dengan
suaranya yang menggetarkan, Bang Berri menyuruh kita semua untuk berinfak saat
itu juga. Beliau menyuruh kami semua menggenggam uang persembahan sebanyak-banyaknya.
Tentu saja, demi segera terlepas dari status jomblo. Dengan ajakan yang begitu mengena
dan nada bicara yang begitu semangat, “Tunjukkan pada Allah, kalau uang
bukanlah segala-galanya buatmu.”
Satu
per satu peserta maju ke depan. Menggenggam sejumlah uang dan memasukannya
dalam kardus.
Saya?
Nyengir sajalah.