Kamis, 17 November 2016

Tips Bertahan Hidup Buat Perempuan

Buat kawan-kawan (terutaman perempuan) yang ingin berkonsultasi perihal kesehatan organ reproduksinya, dibolehkan sekali loh untuk datang ke Klinik Kucala. Di manakah Kucala? Ada di sebelah timur Gramedia Sudirman. Satu deret dengan LBC Yogyakarta.
Sampai tahun 2014 unit-unit pelayanan yang ada dalam program KMC antara lain Unit Kanker dan Praktik Dokter Umum yang terdiri dari paps smear, periksa payudara, pelayanan KB, pelayanan vaksinasi anti kanker serviks, dan periksa umum. Selain itu, Unit Psikologi terdiri dari konsultasi dan psikotes, Unit Gizi yang terdiri dari konsultasi, Unit Laser/ ILIB yang terdiri dari konsultasi dan tindakan laser, dan Unit Menopause yang terdiri dari konsultasi. Terakhir, adalah Unit Praktik Dokter Spesialis yang terdiri dari yang terdiri dari spesialis bedah yang melayani konsultasi, AJH, ekstipasi kecil. Spesialis obsgyn yang melayani konsultasi, kolposkopi, dan biopsi. Spesialis penyakit dalam yang melayani konsultasi. Dan spesialis kulit dan kelamin yang melayani konsultasi, bedah listrik, dan kimia.

Yayasan Kuçala biasanya memprioritaskan untuk membantu orang-orang dengan prognosa baik, riwayat penyakit yang membaik, dan harapan hidupnya tinggi. Namun, di sisi lain, kebijakan ini menimbulkan pertentangan tersendiri. Beberapa anggota yayasan meyakini bahwa menolong tak melulu harus melihat prognosa sang pasien. Lantas tercetuslah ide untuk membuat sebuah unit sosial yang akan membantu semua pasien, baik kanker maupun non kanker, baik dengan prognosa baik atau jelek. Karena pada dasarnya setiap orang memiliki keinginan untuk bertahan hidup. 

Senin, 14 November 2016

Tulisan Pesenan Admin


(diposting sekarang karena besok riweh)
Sesuai mandat dari Wafiq, hari ini kita senang-senang mengomentari blog orang. Dan (lagi-lagi) mandat dari Wafiq, saya dapat jatah mengomentari isi blog dari Fahrudin, itepade.blogspot.com. Saya sendiri embuh dengan pengertian itepade. Barangkali sebuah singkatan ITPD, Institut Tukang Pijat Dukunberanak. Barangkali itepade adalah bahasa slang yang sebenernya mau bilang “Kite Pade” alias kita semua. Entahlah.


Kalau tidak salah baca, di blog si Fahru ini ada nama saya. Alhamdulillah. Saya jadi semakin eksis di dunia siber. Oleh karena itu, saya Baik-baikin dia aja alah ga akan banyak bicara. Saya singkirkan dulu kebiasaan jaman S1 dulu yang sering didapuk jadi evaluator galak. 

Come Come Come

Seharian kemarin saya menonton ulang Trilogi Before. Itu lho, Before Sunrise (1995), Before Sunset (2004), dan Before Midnight (2013). Menonton film drama ciamik dalam kondisi PMS dan berjauhan dari ehem-ehem ternyata punya efek yang besar sekali. Yah, setidaknya saya nggak merasa perut melilit seperti biasanya.

Film ini sebenernya “hanya” berisi obrolan seorang perempuan dan laki-laki yang dipertemukan entah (takdir barangkali). Saya tidak akan menceritakan sinopsis film ini. Sila cari sendiri. Reviewnya juga banyak. Saya cuma sedang jatuh cinta dengan salah satu soundtrack di film pertama. Judulnya “Come Here”, dinyanyikan oleh Kath Bloom. Dalam film, tokoh perempuan dan laki-laki mendengarkan lagu ini di ruangan khusus, di sebuah toko piringan hitam. Lantas saya merasa entah: teknologi sudah begitu maju. Semua berubah. Termasuk romantisme. Kadang romantisme begitu terasa ketika dunia tidak seruwet dan sehebat sekarang. 

Rabu, 09 November 2016

Jomblo Nggak Papa Yang Penting Goban Dulu (Part III)


 Betewe saya baru saja punya aidol baru.. Dua makhluk ciptaan tuhan yang sebenernya terlalu segan buat saya untuk menulis tentang mereka. Yang pertama adalah Alvin.  Lengkapnya Muhammad Alvin Faiz. Alvin adalah putra dari seorang kyai besar, Arifin Ilham. Pertama kali melihat wajah Alvin, sungguh saya terpana. Subhanallah,  putih amat. Cemerlang. Bebas jerawat serta bebas rambut janggut. Mayan tampan. Tapi mimik bocah masih kelihatan betul meskipun sebentar lagi ia berubah status menjadi bapak. Alvin adalah panutan remaja Indonesia, setidaknya begitulah kata seorang mahasiswi yang duduk bersebelahan dengan saya di acara Seminar Jomblo kemarin.  Alvin terbilang masih sangat muda (betewe, beliau kelahiran tahun 1999). Rupawan. Soleh. Pinter ngaji. Rajin sholat. Punya usaha sendiri. Dari keluarga terpandang. Dan lain-lain.  Dan lain-lain. Alvin adalah perwujudan calon menantu idaman. Sayangnya dia sudah "dicup" mantu oleh orang lain. Oleh orangtua Larissa Chou.

Saya beruntung bisa melihat beliau. Ya itu. Saya bertemu Alvin di Seminar Melepas Kejombloan dengan Cara Allah.  Ada beberapa hal menarik dari Alvin. Pertama,  dia punya nyali sebesar galaksi Andromeda untuk segera menikah muda. Sangar!  Belum lulus SMA tapi sudah tancap gas mendahului kami-kami yang tak kapok-kapok pacaran-putus. Begitu terus. Semuda apapun Alvin mengambil keputusan menikah, saya menghargai betul keputusannya.  Dilihat dari usianya,  normalnya remaja seusia Alvin pasti sudah pernah mimpi basah. Oleh karena itu, secara biologis, organ reproduksi beliau kemungkinan berada pada status paripurna.  Pun demikian Larissa yang sudah berusia lebih dari 18 tahun. Insya Allah,  aman. Secara usia, barangkali keduanya tergolong masih muda. Tapi dengan didikan pakyai, setidaknya Alvin tahu dan memegang prinsip agama untuk tidak menyakiti istrinya. Ketiga, saya yakin Alvin dan Larissa hidup dalam keluarga berkecukupan. Buat mereka,  mengadakan resepsi bukan masalah besar. (Emangnya aing. Buat beli lipstik aja kudu nabung?)
Dalam acara seminar kemarin,  Alvin mendaku bahwa sejak kecil beliau sudah berpindah-pindah pesantren.  Hidupnya keras. Dalam seminggu,  dia makan daging ayam hanya satu kali. Nah, berbekal salah satu pengalaman makan ayam hanya seminggu sekali inilah, Alvin yakin bahwa lulusan pesantren punya kekuatan lebih dalam menghadapi kehidupan rumah tangga.  (Tapi kan tapi... Rasanya ingin menyanggah,  tapi se666an). Pantas saja Mas Dafi, senior saya yang yahud itu,  berani menikah cepat. Anak pesantren tulen.

---

Idola saya yang kedua bernama Berri El-Makky. Nama yang sebelumnya masih sangat asing di telinga saya.  Dan inilah bintang utama di acara Seminar Melepas Kejombloan dengan Cara Allah. Subhanallah,  harusnya kalian semua datang buat melihat Bang Berri. Beliau ini. Bagaimana ya mendefinisikan beliau.  Sebutlah bijak.  Beliau mampu menggunakan kemampuannya berbicara untuk membuat para peserta seminar tertawa,  menangis,  hingga menyumbang sebanyak-banyaknya. 
Dari paparan beliau di mimbar orasi, saya semakin tersadarkan bahwa bagi mereka hanya ada dua pilihan: jomblo atau menikah.
Ohya, Bang Berri sendiri sangat menyarankan para pemuda pemudi untuk menikah muda. Tak usah khawatir biaya resepsi. Bang Berri menyebut bahwa biaya pernikahannya hanya 2 juta rupiah saja. Itupun hanya untuk dana membeli kasur dan biaya KUA. Di acara itu, Bang Berri lantas memperlihatkan foto-foto pernikahannya.  Saya sih jujur agak tertegun. Itu baju dan make up mempelai kok bagus ya. Lah padahal 2 juta. Itu di mushola kok penuh dengan backdrop putih ya?  Padahal dua juta. Itu kok pake acara foto pre wedding (atau pasca wedding) ya?  Padahal 2 juta.  Ternyataaaa, “Ada yg mau nyumbang aqua 10 dus. Ada yang nyumbang biaya catering,”  sabda Bang Berri. (Ya elah Bang.  Kalau begitu ma sama aja lebih dari dua juta. Bang Berri bisa  aja bermain kata-kata.)
Nah di sesi terakhir seminar,   Bang Berri juga memberi tips supaya kita terhindar dari jabatan jomblo tingkat akut. Apa sajakah itu?  Taubat, menghindari dosa, membaca Al-quran, salat tepat waktu. Ketika pembicaraan sudah ke bagian ini, badan saya rasanya linu sekali. Otak saya juga lumayan mendidih. Saya melirik jam tangan, menunjukkan angka 5 lebih.  Berarti seminar ini sudah berjalan kurang lebih 3 jam. Tapi masih ada rahasia yg belum Bang Berri beberkan tentang tips anti jomblo. Yaitu berbakti pada ibu. (Wah jurus ala ESQ keluar). Lantas bang Berri mempertontonkan sebuah video iklan restoran di Thailand. Alhamdulillah saya sudah menonton video itu berkali-kali di youtube. Jadi saya hanya menonton mbak-mbak di sebelah saya menangis sesenggukan.  (Ini saya bagikan link-nya. Siapa tau situ-situ berniat nonton: ini linknya.   
Acara tangis-tangisan mengingat emak di rumah berakhir sudah. Saya pikir, acara akan segera selesai dan ditutup. Tapi tunggu saudara-saudara! Masih ada satu tips yang Bang Berri jelaskan. Apakah itu? INFAK.
Subhanallah. Saya tertegun. Belum hilang rasa terkejut, Bang Berri menambahkan bahwa uang hasil infak para peserta akan disumbangkan kepada orang membutuhkan melalui gerakan yang ia pelopori, Pemuda Hijrah Pemenang.
Panitia lantas meyiapkan kardus di depan panggung.
Dengan suaranya yang menggetarkan, Bang Berri menyuruh kita semua untuk berinfak saat itu juga. Beliau menyuruh kami semua menggenggam uang persembahan sebanyak-banyaknya. Tentu saja, demi segera terlepas dari status jomblo. Dengan ajakan yang begitu mengena dan nada bicara yang begitu semangat, “Tunjukkan pada Allah, kalau uang bukanlah segala-galanya buatmu.”
Satu per satu peserta maju ke depan. Menggenggam sejumlah uang dan memasukannya dalam kardus.

Saya? Nyengir sajalah. 

Senin, 07 November 2016

Jomblo Nggak Papa, Yang Penting Goban Dulu (Part II)

Selamat siang Jamaah Mama Dian. Kemarin saya ingkar mengupdate isi pengajian. Maafkeun ya. Saya sibuk merenungi kembali isi kajian dari para guest star, eh aktivis Islam di Seminar Lepas Kejombloan dengan Cara Allah. 

Jadi, acara pengajian berbalut seminar ini dijadikan dua sesi besar. Sesi pertama diisi oleh La Ode Munafar. Itu lho, mas-mas dari Sulawesi yang jadi founder dari gerakan Indonesia Tanpa Pacaran. Nah, Kak La Ode ini menyerukan pada para jamaah bahwa orang-orang yang pacaran bukanlah seorang bebas. Ia merupakan tahanan luar yang dipenjara pasangannya masing-masing. Lama jemput, ditanyain. Lama balas whatsapp, ditanyain. Malam Minggu nggak ngapel, ditanyain. Ya Allah, kapan kami bisa berpacaran dengan damai ya Allah, jika sejatinya pacaran sendiri merupakan gerakan sukarela menjadi terdakwa. “Betapa hati orang pacaran tidak pernah tentram,” begitu sabda Kak La Ode.

Di acara itu, Kak La Ode juga sesumbar kepada para peserta yang masih kinyis-kinyis dan notabene belum menikah. Menurutnya, menikah muda adalah suatu prestasi besar. Kurang lebih dia berujar bahwa perempuan berprestasi adalah perempuan pemberani yang sanggup meninggalkan orang tuanya yang sudah membesarkan ia selama bertahun-tahun, meninggalkan adik dan kakaknya demi laki-laki asing. Demi apa jamaah? Ya betul. Demi menikah dan berkembang biak. 

Seketika itu juga hati saya bergemuruh. Ya Allah, ternyata saya adalah makhluk lemah, nista, dan sama sekali tak patut dibanggakan karena prestasi menikah ini belum (bahkan tidak akan pernah) saya raih. Ya iyalah, sekarang saja usia saya sudah seperempat abad lebih dikit. Belum ada satupun cincin melingkar di jari saya yang berjumlah 20 helai. Bayangan menikah muda sudah saya kubur dari lama sekali. Dan ini berarti saya kehilangan kesempatan untuk berprestasi a la Kak La Ode. Padahal susah payah semasa SD saya ikut lomba Dokter Kecil sampai ke level provinsi. Susah payah saya mengerjakan soal matematika yang bikin migrain. Susah payah saya merampungkan skripsi. Susah payah saya bekerja demi menjadi perempuan mandiri. Susah payah saya belajar lagi. Dan semua tidak ada artinya jika tidak dibarengi nikah muda. Iya Kak, saya menyerah. 

Lagi-lagi Kak La Ode menyerukan kita untuk segera menikah. Menikah muda. Yang laki, demi menyarungkan “senjata”. Yang perempuan, demi menjadi makhluk berprestasi itu. (Saya sih sudah tercoret otomatis). Menurut Kak La Ode, hukum yang dibuat Allah itu sudah sempura, simple, dan enak semua. Ya itu, Jomblo dan menikah. Kalau kamu nggak mau jomblo, ya sudah menikah! Kalau kamu belum sanggup menikah, ya derita lo, mblo! Hanya itu pilihannya. Aturan ini berbeda dari aturan yang dibuat manusia yang banyak pilihan tapi dirasa-rasa kok pahit semua, macam pacaran, TTM (Teman Tapi Mesra), HTS (Hubungan Tanpa Status), sampai PRT (Pacar Rasa Teman).

Sudah dulu ya, di Part III nanti saya ingin cerita tentang dua narsum terakhir. Yak betul. Babang Alvin yang Subhanallah wajahnya bercahaya dan Bang Berri yang getol promosi gamis dan melancarkan gerakan infak sebanyak-banyak demi peroleh jodoh sesegera mungkin. Sementara ini, saya mau lihat rapot dari jaman TK sampai S1 yang tidak bermakna apa-apa karena tidak ada keterangan sebagai “Perempuan Berprestasi Karena Menikah Muda”.

Sun sayang buat jamaah. 

Sabtu, 05 November 2016

Jomblo Nggak Papa, Yang Penting Goban Dulu (Part 1)

Jamaah Mama Dian, selamat malam. Alhamdulillah, beberapa hari lalu, saya diberi hidayah untuk menyempatkan diri mendatangi acara seminar “Mustahil Jomblo (Lepas Kejombloan dengan Cara Allah)”. Karena acara ini baru selesai hampir Magrib, saya tak punya energi buat menulisnya. (Ya gimana ya. Saya juga harus menguras energi fisik, hati, dan pikiran untuk ikut acara ini sampai tuntas selama kurang lebih empat jam). Saya sendiri tidak cukup familiar dengan nama para guest star-nya. Ada nama Berri El-Makky, yang berstatus sebagai Youth Inovator Founder Pemuda Hijrah Pemenang dan La Ode Munafar sebagai founder dari Indonesia Tanpa Pacaran. Saya sih cuma tahu guest star lain yaitu pasangan suami istri yang sedang hits karena keputusan brilian mereka untuk menikah di usia yang masih sangat muda, Alvin Faiz dan istrinya, Larissa Chou. Sayangnya Kak Larissa tak bisa hadir dikarenakan sedang tak enak body. Cepet enakan ya Kak Larissa!


Cukup dengan membayar 50 ribu saja, saya sudah bisa merasakan atmosfer yang berbeda. Semacam seminar (baca:pengajian) di ruang ber-AC dan duduk di kursi empuk berlengan demi rasa nyaman saat menonton para guest star. Saya tidak perlu duduk sempil-sempilan macam pengajian emak-emak di kampung-kampung. Ya meskipun pengajian di kampung nggak perlu bayar sebanyak 4 porsi ayam geprek mas kobis. Bang Berri, begitu salah seorang pengisi acara menyebut dirinya sendri, berkali-kali bilang supaya jangan “eman-eman” membayar. Wong cuma 50 ribu kok. “Kalian kuliah bayar berjuta-juta, tidak dibawa mati. Ini cuma 50 ribu, ilmunya dibawa sampai mati,” kurang lebih begitu sabda beliau. 

Sesampainya di ruangan seminar, saya terpana melihat ruangan auditorium UMY itu dipenuhi lautan manusia. Ratusan perempuan muda dengan gamis wow dipermanis hijab dengan beragam bentuk dan ukuran. Sedangkan peserta laki-laki lebih sedikit, namun dandanannya tak kalah waw tak kalah necis. “Ternyata banyak juga ya yang ingin melepas kejombloan dengan cara Allah,” saya membatin. 

Di pengajian, eh seminar ini, tempat duduk para jelata dan VIP dipisahkan. Para tamu VIP duduk di barisan paling depan. Nah selain itu, tamu VIP juga mendapatkan kehormatan karena malam harinya bisa mengikuti acara meet and greet bersama para artis, eh para aktivis islami ini. Jujur, saya agak bete dan menyesal karena saya tak memesan kursi VIP jauh-jauh hari. Bang Berri bilang bahwa orang-orang VIP yang bersedia membayar lebih (150-200 ribu) adalah orang yang memuliakan dan menspesialisasikan dirinya sendiri untuk mendapatkan ilmu dari Allah. Subhanallah. Betapa piciknya saya ya jamaah. Uang 150-200 ribu kan harusnya tidak kita sayang-sayang demi bisa makan bersama dan ngobrol asyik dengan Bang Berri dan bintang tamu lain. Ah tapi ya sudahlah. Namanya penyesalan, selalu datang belakangan. 

Jamaah Mama Dian, kalian mestinya sudah bisa menebak dong apa isi dari pengajian, eh seminar ini? Coba tebak-tebak dulu ya. Besok baru saya kasih bocoran materi acara seminar "Melepas Kejombloan Dengan Cara Allah". Maafkeun, malem ini saya harus kencan. Maklum, malem minggu. Sementara ini, saya mau melepas kejombloan dengan cara saya sendiri. 

Ketjup basah buat jamaah sekalian. 

Selasa, 01 November 2016

10 Fakta Tentangku yang Kalian Mau

Sebagai mahasiswa KBM yg sedari awal sudah dipaksa untuk suudzon,  tentu saya menaruh curiga pada admin dan penggagas BBKU kali ini. Bagaimana tidak?  Di hari pertama, kita sudah dituntut untuk menjelaskan fakta tentang masing-masing. Sepuluh poin pula!  Helllaaaaaw..  Buat apa coba kita nulis begitu? Apa ga sekalian dibuatkan form biodata? Jadi tinggal centang-centang aja gitu. (jangan lupa tambahin opsi makanan favorit, minuman favorit,  sama kata mutiara)Fiq Wafiq,  sebagai admin penanggung jawab lau harus jawab jujur!  Kamu sedang mengincar siapa hah???  Kamu sedang ingin tahu identitas siapa hah??? Mau kamu apakan data diri satu jurusan KBM hah????  Tolong jangan tambahi beban kami-kami dengan menyaru sebagai penanggung jawab BBKU padahal pemegang database sekaligus panopticon! Plis ya. Atau pertemanan kita sudah cukup sampai dimana saja. Atas kecurigaan itulah,  kali ini saya menolak tunduk pada peraturan panitia yg ini. NB: *Buat Wafiq, jangan lupa traktir nonton layar tancep.  #pertemananparasit.