Rabu, 09 November 2016

Jomblo Nggak Papa Yang Penting Goban Dulu (Part III)


 Betewe saya baru saja punya aidol baru.. Dua makhluk ciptaan tuhan yang sebenernya terlalu segan buat saya untuk menulis tentang mereka. Yang pertama adalah Alvin.  Lengkapnya Muhammad Alvin Faiz. Alvin adalah putra dari seorang kyai besar, Arifin Ilham. Pertama kali melihat wajah Alvin, sungguh saya terpana. Subhanallah,  putih amat. Cemerlang. Bebas jerawat serta bebas rambut janggut. Mayan tampan. Tapi mimik bocah masih kelihatan betul meskipun sebentar lagi ia berubah status menjadi bapak. Alvin adalah panutan remaja Indonesia, setidaknya begitulah kata seorang mahasiswi yang duduk bersebelahan dengan saya di acara Seminar Jomblo kemarin.  Alvin terbilang masih sangat muda (betewe, beliau kelahiran tahun 1999). Rupawan. Soleh. Pinter ngaji. Rajin sholat. Punya usaha sendiri. Dari keluarga terpandang. Dan lain-lain.  Dan lain-lain. Alvin adalah perwujudan calon menantu idaman. Sayangnya dia sudah "dicup" mantu oleh orang lain. Oleh orangtua Larissa Chou.

Saya beruntung bisa melihat beliau. Ya itu. Saya bertemu Alvin di Seminar Melepas Kejombloan dengan Cara Allah.  Ada beberapa hal menarik dari Alvin. Pertama,  dia punya nyali sebesar galaksi Andromeda untuk segera menikah muda. Sangar!  Belum lulus SMA tapi sudah tancap gas mendahului kami-kami yang tak kapok-kapok pacaran-putus. Begitu terus. Semuda apapun Alvin mengambil keputusan menikah, saya menghargai betul keputusannya.  Dilihat dari usianya,  normalnya remaja seusia Alvin pasti sudah pernah mimpi basah. Oleh karena itu, secara biologis, organ reproduksi beliau kemungkinan berada pada status paripurna.  Pun demikian Larissa yang sudah berusia lebih dari 18 tahun. Insya Allah,  aman. Secara usia, barangkali keduanya tergolong masih muda. Tapi dengan didikan pakyai, setidaknya Alvin tahu dan memegang prinsip agama untuk tidak menyakiti istrinya. Ketiga, saya yakin Alvin dan Larissa hidup dalam keluarga berkecukupan. Buat mereka,  mengadakan resepsi bukan masalah besar. (Emangnya aing. Buat beli lipstik aja kudu nabung?)
Dalam acara seminar kemarin,  Alvin mendaku bahwa sejak kecil beliau sudah berpindah-pindah pesantren.  Hidupnya keras. Dalam seminggu,  dia makan daging ayam hanya satu kali. Nah, berbekal salah satu pengalaman makan ayam hanya seminggu sekali inilah, Alvin yakin bahwa lulusan pesantren punya kekuatan lebih dalam menghadapi kehidupan rumah tangga.  (Tapi kan tapi... Rasanya ingin menyanggah,  tapi se666an). Pantas saja Mas Dafi, senior saya yang yahud itu,  berani menikah cepat. Anak pesantren tulen.

---

Idola saya yang kedua bernama Berri El-Makky. Nama yang sebelumnya masih sangat asing di telinga saya.  Dan inilah bintang utama di acara Seminar Melepas Kejombloan dengan Cara Allah. Subhanallah,  harusnya kalian semua datang buat melihat Bang Berri. Beliau ini. Bagaimana ya mendefinisikan beliau.  Sebutlah bijak.  Beliau mampu menggunakan kemampuannya berbicara untuk membuat para peserta seminar tertawa,  menangis,  hingga menyumbang sebanyak-banyaknya. 
Dari paparan beliau di mimbar orasi, saya semakin tersadarkan bahwa bagi mereka hanya ada dua pilihan: jomblo atau menikah.
Ohya, Bang Berri sendiri sangat menyarankan para pemuda pemudi untuk menikah muda. Tak usah khawatir biaya resepsi. Bang Berri menyebut bahwa biaya pernikahannya hanya 2 juta rupiah saja. Itupun hanya untuk dana membeli kasur dan biaya KUA. Di acara itu, Bang Berri lantas memperlihatkan foto-foto pernikahannya.  Saya sih jujur agak tertegun. Itu baju dan make up mempelai kok bagus ya. Lah padahal 2 juta. Itu di mushola kok penuh dengan backdrop putih ya?  Padahal dua juta. Itu kok pake acara foto pre wedding (atau pasca wedding) ya?  Padahal 2 juta.  Ternyataaaa, “Ada yg mau nyumbang aqua 10 dus. Ada yang nyumbang biaya catering,”  sabda Bang Berri. (Ya elah Bang.  Kalau begitu ma sama aja lebih dari dua juta. Bang Berri bisa  aja bermain kata-kata.)
Nah di sesi terakhir seminar,   Bang Berri juga memberi tips supaya kita terhindar dari jabatan jomblo tingkat akut. Apa sajakah itu?  Taubat, menghindari dosa, membaca Al-quran, salat tepat waktu. Ketika pembicaraan sudah ke bagian ini, badan saya rasanya linu sekali. Otak saya juga lumayan mendidih. Saya melirik jam tangan, menunjukkan angka 5 lebih.  Berarti seminar ini sudah berjalan kurang lebih 3 jam. Tapi masih ada rahasia yg belum Bang Berri beberkan tentang tips anti jomblo. Yaitu berbakti pada ibu. (Wah jurus ala ESQ keluar). Lantas bang Berri mempertontonkan sebuah video iklan restoran di Thailand. Alhamdulillah saya sudah menonton video itu berkali-kali di youtube. Jadi saya hanya menonton mbak-mbak di sebelah saya menangis sesenggukan.  (Ini saya bagikan link-nya. Siapa tau situ-situ berniat nonton: ini linknya.   
Acara tangis-tangisan mengingat emak di rumah berakhir sudah. Saya pikir, acara akan segera selesai dan ditutup. Tapi tunggu saudara-saudara! Masih ada satu tips yang Bang Berri jelaskan. Apakah itu? INFAK.
Subhanallah. Saya tertegun. Belum hilang rasa terkejut, Bang Berri menambahkan bahwa uang hasil infak para peserta akan disumbangkan kepada orang membutuhkan melalui gerakan yang ia pelopori, Pemuda Hijrah Pemenang.
Panitia lantas meyiapkan kardus di depan panggung.
Dengan suaranya yang menggetarkan, Bang Berri menyuruh kita semua untuk berinfak saat itu juga. Beliau menyuruh kami semua menggenggam uang persembahan sebanyak-banyaknya. Tentu saja, demi segera terlepas dari status jomblo. Dengan ajakan yang begitu mengena dan nada bicara yang begitu semangat, “Tunjukkan pada Allah, kalau uang bukanlah segala-galanya buatmu.”
Satu per satu peserta maju ke depan. Menggenggam sejumlah uang dan memasukannya dalam kardus.

Saya? Nyengir sajalah. 

1 komentar:

  1. Mbak Dian nyinyirin yang nikah muda, pasti gegara gak kunjung diajak menikah sama kekasih hati ya? Wkwkwkwkwk...

    BalasHapus